Jumat, 16 Oktober 2009

bullying tidak keren!

Judul : bullying tidak keren!

bullying tentu sudah tidak asing di telinga kita.
bullying sendiri berarti penyalahgunaan kekuasaan melalui upaya upaya yang menyudutkan orang lain demi kepentingan pribadi.
kasus bullying tidak jarang terjadi di lingkungan masyarakat khususnya di sekolah. bullying tidak hanya berupa tindakan kekerasan saja melainkan bisa berupa pemaksaan, intimidasi, memukul, menampar, memaki, menggosip, menempeleng, mengejek, memberi julukan, dan lainnya.
dampaknya pun cukup terlihat, tidak sedikit anak anak yang pantang sekolah karena takut menjadi korban bullying atau paling tidak korban menjadi minder dan potensi yang ia miliki menjadi kurang terasah.

tadi salah seorang teman saya bercerita, bahwa ia sering diejek oleh teman lain.  
teman saya ini sebenarnya ingin marah dan mengeluarkan kekecewaannya terhadap teman yang melakukan bullying kepadanya. tapi, ia takut kalau ia akan dijauhi teman tersebut lalu meluas hingga dijauhi teman 1 kelas, kelas lain, 1 angkatan, 1 sekolah, kepala sekolah, di universitas nantinya, bahkan ia takut bila dijauhi presiden dan orang orang di seluruh dunia. saya tau bahwa dia orang yang tegar dan tidak gegabah dalam mengambil sebuah keputusan namun, seperti yang kita tahu, kesabaran setiap orang tentu ada batasnya. saya sendiri tidak tahu kapan kesabarannya akan habis dan amarahnya akan tumpah. tapi, dari hal ini saja kita tahu bahwa teman saya sedikit banyak menjadi khawatir dan kekhawatiran itu akan menimbulkan perasaan takut dan tertekan. ini sudah berimbas pada gangguan psikologis.

lain cerita, ada juga teman yang sebenarnya punya potensi di bidang sains, ketika akan ikut lomba, teman temannya yang lain meremehkannya agar jangan nekad untuk ikut lomba dan tidak yakin dengan kemampuan si anak yang potensinya di sains. hingga, anak ini pun menjadi tidak yakin dan tidak percaya diri bahwa dirinya mampu, bisa, dan sanggup untuk mengikuti lomba. teman saya ini menjadi minder dalam bidang sains yang menjadi potensinya serta mengalami krisis percaya diri. setiap akan melakukan sesuatu, dia akan berpikir jutaan kali padahal ia sanggup.

kemudian, julukan julukan negatif juga cukup berpengaruh. misalnya julukan seperti tuti=tukang tidur , tukang nyontek, kepo, dan lainnya juga berpengaruh. akhirnya di otak si korban sudah tertanam bahwa dirinya adalah orang yang memiliki sifat negatif sesuai julukannya. atau bahkan, dengan julukannya (misalnya anak miskin) si korban menjadi minder dan takut dengan keadaan lingkungannya. 

gosip juga berpengaruh. misalnya si A dekat dengan si B yang merupakan lawan jenisnya, kemudian ada gosip yang mencuat bahwa mereka pacaran, bukan tidak mungkin keduanya yang bersahabat dekat menjadi terganggu bahkan mereka saling menjauh. atau gosip misalnya si A pernah tidur dengan pacarnya, padahal semuanya bohong. bagaimana bila keluarga mereka mendengar? tentu urusannya akan menjadi panjang. 

dulu, di TK lama saya bahkan saya pernah tidak mau masuk sekolah berturut turut karena takut untuk masuk sekolah. dulu, saya bukan tipikal orang yang pandai bergaul sehingga itu cukup mempersulit saya. setiap bangun pagi, saya selalu menangis dan merengek tidak ingin sekolah sekalipun saya tau bahwa pendidikan itu penting. ternyata, tidak hanya saya yang mengalami hal tersebut, ketika penerimaan rapor, banyak orangtua yang mengeluhkan hal serupa.

saya dengar di Jepang, banyak remaja usia sekolah yang bunuh diri karena tidak tahan di bullying oleh senior maupun teman seangkatannya. misalnya dengan dilabrak, dipalak, dan ditampar. korban menjadi takut dan putus asa. ia menjadi tidak nyaman berada di lingkungan sekolah. tidak jarang yang mendapat ancaman dari pelaku misalnya agar tidak memberitahu siapa pun. dari sini korban akan semakin tertekan dan ragu untuk melapor atau bercerita kepada orang lain. sebab menurutnya jika ia 'membocorkan' hal tersebut, ia akan disiksa lebih dan lebih.

di televisi dan surat kabar saya juga sering melihat kasus kasus bullying seperti kasus yang dialami beberapa praja di salah satu lembaga pendidikan terkemuka atau kasus kasus seputar beredarnya video bullying antar siswa sekolah. mungkin bagi pelaku, hal tersebut merupakan kesenangan dimana mereka dapat memperoleh kenikmatan sendiri dan merasa bahwa mereka merupakan anak berkuasa, apa yang mereka mau, akan didapat dari teman temannya. lalu, bagaimana dengan korban? apa mereka peduli? tidak!

ia kalau si korban mengalami gangguan psikologis (minder, perasaan takut, krisis percaya diri, dll) lalu, bagaimana dengan teman teman kita yang meninggal akibat kasus bullying atau bagaimana dengan potensi potensi generasi muda yang seharusnya dapat terasah namun terhambat dengan kasus kasus bullying? itu yang harus dicari solusinya. sosialisasi saya rasa tidak menjamin bila kasus bullying tidak terjadi. saya yakin lebih dari 90% siswa sekolah di Indonesia pernah menyaksikan kasus bullying dan lebih dari 70% mengalami sendiri di bullying. aksi bullying itu yang pasti bukan aksi yang keren tapi itu aksi yang buruk. tentu bullying bukan materi pembelajaran di sekolah. mungkin bila di rumah si pelaku merupakan korban bullying dari keluarganya, ia jangan melampiaskan kekesalannya dengan membalas ke orang lain. kegiatan seperti MOS atau ospek juga salah satu wujud bullying, mungkin tujuannya baik untuk sosialisasi namun penerapannya salah. bukan tidak mungkin, di masa mendatang pelaku bullying melakukan tindakan tindakan kriminalitas. 



stop bullying from now!
care with your friends.



tulisan yang saya post di Indonesian Youth Conference a.k.a IYC . berharap tulisan ini akan dimuat di blog IYC. amin :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar