Jumat, 23 Oktober 2009

kesetaraan gender, masih dipedulikan?

tadi siang, untuk mengisi kegiatan pengembangan diri. beberapa kakak kakak dari sebuah yayasan yang memperdulikan perempuan. (saya lupa nama yayasannya) datang ke sekolah saya untuk berbagi cerita dan permasalahan seputar gender yang di hampir seluruh belahan dunia khususnya Indonesia masih belum berjalan dengan mulus.
masalah yang patut diperhatikan namun sering terabaikan.
saya senang dengan adanya menteri pemberdayaan perempuan, LSM wanita, dan sejenisnya yang mau dan turut memperdulikan permasalahan ini.
dimana mana keadilan banyak dituntut sekaligus dipertanyakan. tak kecuali di negeri kita ini, sebut saja sila ke-5 pancasila : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. namun, dari hal kecil sering terjadi justru wanita dan laki laki tidak seimbang

Patriarki dimana garis keturunan mengikuti ayah, kekuasaan dipegang oleh laki laki yang mana laki laki kuat dan bijaksana. itu sering menjadi pernyataan khususnya di lingkup masyarakat tertentu. disebutkan lagi, tugas wanita adalah melahirkan, mengurus segala urusan rumah tangga, dan melayani laki laki dalam berbagai konteks. di lingkup masyarakat tertentu bahkan wanita harus berjalan di belakang laki laki, tidak boleh disamping apalagi di depan. segala keputusan dan perencanaan dilakukan oleh laki laki, dalam hal ini perempuan menjadi pelaksana dalam setiap keputusan yang dibuat laki laki.

contoh saja,
di sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak perempuan usia 6 tahun, dan bayi sekitar 2 tahun. mereka hidup dalam 1 rumah. dari bangun pagi, ibu bangun lebih dulu, ayah masih tertidur. ibu menyiapkan sarapan untuk keluarga. anak pertama dibangunkan ibu dan pergi mandi. lalu, ibu membangunkan ayah. ayah juga pergi mandi. ibu membuatkan susu dan memberikan pada bayi. ayah dan anak pertama duduk di meja makan menanti sarapan. makanan matang, ibu menyajikan di atas meja, beberapa waktu kemudian, bayi menangis. ibu segera ke kamar menemuinya. anak pertama yang sudah selesai makan menghampiri ibu dan menidurkan bayi itu. ibu ganti menyiapkan tas anak pertama dan ayah. ayah menonton tv di ruang keluarga. tak lama, ayah dan anak perempuan pergi ke kantor dan sekolah. ibu tergesa mencuci pakaian dan menjemur. lalu, ia segera menuju pabrik untuk bekerja. di pabrik, ia kelelahan karena terus bekerja sehingga ia dimarahi oleh atasannya. di tempat kerja ayah, ia bekerja sambil menggoda wanita yang lewat dihadapannya. ayah digaji dan enak enakan ke bar untuk minum.

itu sepenggal kisah dari impossible dream.

dari sana kita bisa lihat pengorbanan ibu begitu besar. namun, ayah hanya bersantai santai menikmati hasil. belum tentu juga ayah memberikan gajinya pada ibu. harusnya semua kegiatan rumah tangga dilakukan dengan adil dan dibagi secara rata antara ibu dan ayah. 

di salah satu negara akhir akhir ini berhembus kabar seputar ketidaksetujuan rakyat di negara tersebut karena seorang wanita dipilih menjadi menteri. apa yang salah? yang penting, perempuan tetap berdiri tanpa menyalahi kodratnya sebagai perempuan. 
di Indonesia dan Filipina setidaknya masih ada sosok perempuan yang berani tampil menjadi seorang presiden untuk memimpin jutaan jiwa dengan penuh tanggung jawab dan usaha keras yang belum tentu dimiliki presiden laki laki.
mulai banyak pula tokoh tokoh perempuan yang menyuarakan berbagai hal walaupun tak jarang mereka ditentang berbagai kalangan dari banyak lapisan masyarakat.

padahal, Tuhan menciptakan manusia laki laki dan perempuan untuk saling melengkapi satu sama lain.

banyak pekerjaan yang bisa dilakukan oleh laki laki maupun perempuan:
-mencari nafkah
-menjadi kepala keluarga
-presiden
-mengurus anak
-melakukan pekerjaan rumah tangga
-dll

saya rasa selama tidak menyalahi kodrat tentu itu bukan sebuah perkara yang perlu diperdebatkan. mengenai pergantian kelamin, apa pun fisik mereka sekarang, kodrat mereka aslinya tetap sebagai wanita atau laki laki sama seperti saat mereka dilahirkan.

namun,
meski globalisasi cukup membantu dalam penyetaraan gender,
tidak sedikit kalangan yang menganggap tabu hal tersebut.
pandangan yang salah dan kepercayaan terhadap suatu pernyataan saya rasa menjadi penyebabnya.

saya sendiri merasa bahwa suatu hal sulit untuk menyetarakan gender baik di Indonesia maupun di luar negeri.
terlalu banyak kendala yang menghambat.
saya hanya bisa berharap semoga saja perkara ini bisa lebih diperhatikan oleh berbagai kalangan khususnya pemerintah agar ketidakadilan ini dapat dicari solusi yang tepat. agar sila ke-5 pancasila dapat kita semua laksanakan sebaik mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar